Seolah olah seperti nonton film horror, orang dibunuh/diculik dan pembunuhnya menghilang tanpa jejak, banyak motivasinya dari kepentingan politik, hawa nafsu, atau mungkin tindakan setan yang kebetulan berkeliaran di bumi. . .
Bruce lee bisa dibilang aktor bela diri yang paling sukses dan paling berjaya di tahun 70' an. Tubuh yang atletis, dan wajah yang bisa dibilang
ganteng menjadikan dia pahlawan bagi para penikmat film laga dan idaman para wanita. Pada 20 Juli 1973 dunia pun geger atas berita kematiannya yang begitu mendadak. Bruce Lee yang seharusnya menghadiri undangan makan malam justru batal hadir. Hasil visum yang resmi menyatakan bahwa Bruce Lee tewas karena Edema alias
pembengkakan otakyang disebutkan terjadi karena penggunaan obat pelemas otot.
Walaupun dengan adanya berita tersebut, banyak orang yang berspekulasi bahwa Bruce Lee meninggal bukan karena Edema tapi justru karena hal lain. Banyak teori yang kontroversial, ada beberapa orang yang berhipotesa bahwa Bruce lee tewas dikarenakan adanya
hitman yang dikirimkan oleh orang lain. Ada juga yang berteori bahwa seluruh
keluarga Bruce Lee telah dikutuklantaran sang anak, Brandon Lee meninggal pada set film The Crow 20 tahun kemudian saat adegan penembakan dimana peluru yang digunakan adalah peluru asli dan bukan blanks/dummy.
Setelah 45 tahun berlalu, muncul buku baru buatan Matthew Polly, wartawan sekaligus penulis biografi yang mengklaim bahwa para ahli menyatakan bahwa Bruce Lee meninggal karena heat stroke dan bukan karena Edema yang diklaim oleh pers
Kasus yang 1 ini juga tidak kalah misterius, dibandingkan
unsolved cases yang ada diluar sana. Kasus hilangnya 13 aktivis reformasi pada tahun 1998 hingga detik ini masih dipertanyakan. Ketika ekonomi Indonesia sedang goyang dan maraknya tindakan
KKN, publik justru disuguhkan berita yang semakin memperkeruh keadaan. Dengan hilangnya 13 aktivis tersebut muncul stigma buruk kepada militer Indonesia pada saat itu karena rakyat berasumsi bahwa militer Indonesia lah yang bertanggung jawab atas kehilangan 13 orang tersebut.
Setelah kejadian ini, banyak pihak yang saling menuduh dan saling menyalahkan atas hilangnya aktivis aktivis tersebut. Pihak berwenang yang mengangani kasus ini juga belum memberikan kepastian yang akurat terhadap kondisi korban dan siapa pelaku dibalik semua ini
Elisa Lam sendiri adalah seorang mahasiswi berumur 21 tahun yang berasal dari Kanada. Pada saat itu, Elisa sendiri menempati hotel di Los Angeles yang bernama Cecil Hotel. Cecil Hotel sendiri memiliki reputasi yang mengerikan karena hotel tersebut sering terkait dengan pembunuhan, pemerkosaan, bunuh diri, dan pernah menjadi
tempat tinggal pembunuh berantai seperti Ricardo Ramirez.
Selain dari background hotel yang menyeramkan, perilaku Elisa Lam sendiri saat di hotel juga tergolong aneh. Pada 1 rekaman CCTV Elisa Lam terlihat masuk kedalam lift dan menekan semua tombol tanpa alasan yang jelas, tapi entah kenapa pintu liftnya tidak kunjung menutup. Elisa pun berjalan perlahan dan mengintip keluar lift, dan kemudian bersembunyi dibalik dinding lift seolah-olah bersembunyi dari seseorang. Elisa pun bolak-balik keluar lift sambil menekan semua tombol tapi liftnya pun tetap terbuka lebar. Elisa akhirnya keluar lift sambil menunjukan gestur yang aneh dan keluar dari pandangan kamera, beberapa saat kemudian pintu liftnya pun menutup.
Kejadian aneh juga belum berakhir disitu. 2 minggu kemudian, para penghuni di Cecil Hotel komplain ke bagian management karena tap water (sejenis air keran tapi bisa diminum) mereka bau dan terasa aneh, setelah bagian management mengecek toren air di atap, ditemukanlah mayat Elisa Lam terbujur kaku. Yang membuat para polisi dan detektif kebingungan adalah bagaimana caranya Elisa Lam bisa berakhir didalam toren yang terutup karena akses menuju toren tersebut dikunci oleh 2 lapis pintu yang dilengkapi dengan alarm yang seolah olah dilewat Elisa seperti hantu.
20 September 1988 tepat pada pukul 09:30 pagi. Seorang mahasiswi yang bernama Tara Leigh Calico berpamitan kepada ibunya Patty Doel untuk bersepeda disekitar rumahnya di Belen, New Mexico, Amerika Serikat. Namun ada kejanggalan ketika ia berpamitan, Tara dilaporkan berpesan kepada ibunya
"jika tidak ada kabar hingga tengah hari, carilah saya". Hari pun semakin sore dan ibu Tara mulai khawatir karena tidak ada kabar dari putrinya. Ia pun bergegas mengeluarkan mobil untuk menyusuri rute yang biasa dilewati anaknya. Saat menyelusuri, Patty menemukan walkman milih Tara yang tergeletak di jalan yang sepi. Merasa anaknya dalam bahaya, Patty pun langsung melaporkan kasus orang hilang ke polisi. 20 mil dari rumahnya, polisi menemukan sepeda gunung milik Tara yang tergeletak didekat camping ground. Beberapa saksi mata mengatakan ada truk bermerek Ford F-154 yang diperkirakan mengikuti Tara. Setelah berlarut larut, pihak polisi pun belum menemukan titik terang
Pada Juni 1989, setelah setahun Tara hilang. Ditemukan sebuah foto polaroid yang memperlihatkan seorang wanita terikat dengan mulut yang ditutupi lakban di Port St. Joe, Florida yang jauhnya 1600 mil dari rumah Tara. Pada foto tersebut terlihat juga seorang anak laki laki yang mendapatkan perlakuan serupa.
30 tahun berlalu, sampai sekarang masih belum ada kejelasan terhadap status Tara
Pada masanya, tidak ada yang menyangka akan terjadi peristiwa pembunuhan yang tragis yang mengguncang warga wilayah Keddie. Semua ini bermula dari Sheila, gadis yang berumur 14 tahun yang pulang kerumahnya setelah menginap dari rumah temannya pada pukul 7.45 pagi. Tidak ada hal yang mencurigakan saat Sheila sampai di rumahnya hingga pada akhirnya Sheila pun masuk kedalam rumah dan menuju ruang tengah. Sheila pun tak percaya apa yang ia lihat, ibunya (Glenna Sharp), kakaknya (John Sharp), dan teman kakaknya (Dana Wingate) ditemukan
tewas dalam kondisi yang mengenaskan.
Semua korban ditemukan dalam kondisi terikat, penuh dengan luka tusukan, juga bekas pukulan di kepala dan darah yang berceceran dimana-mana. Seorang komandan sherrif yang bernama Rod De Crona datang ke TKP untuk menjelaskan situasi tersebut. Terdapat barang bukti yang ditemukan berupa palu cakar dan pisau steak yang digunakan untuk membunuh korban dengan tragis.
Dalam kasus ini, polisi mencurigai anak dari Glenna Sharp yang bernama Tina Sharp, karena ia menghilang dengan misterius disaat terjadinya pembunuhan tersebut, dan seorang tetangga yang dicurigai yang bernama Martin Smartt yang memiliki kedekatan dengan polisi lokal. Pada April 1984, setelah 3 tahun terjadinya kasus tersebut ditemukanlah tulang manusia yang menurut pihak berwajib adalah tulang milik Tina Sharp. Namun ironisnya setelah penemuan tulang Tina Sharp, kasus ini justru tidak lagi terdengar.
Bertahun tahun berlalu hingga pada akhirnya tahun 2016, People Magazine merilis berita tentang pembunuhan kabin 28 dan menyatakan bahwa pelaku pembunuhan ini tidak lain adalah Martin Smartt. Dengan bukti ditemukan sebuah surat dari Martin yang ditunjukan kepada istrinya Marilyn Smartt membuat kasus tersebut dibuka kembali pada tahun 2013. Namun istrinya tidak mengakui kalau ia telah menerima surat dari suaminya tapi ia juga tidak membantah bahwa tulisan tersebut adalah tulisan suaminya