Terlihat Sepele, Tapi Kebiasaan Orang Indonesia ini Ternyata Minim Profesionalitas

Terlihat Sepele, Tapi Kebiasaan Orang Indonesia ini Ternyata Minim Profesionalitas

Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia memang mempunyai kondisi sosial dan lingkungan kerja yang cukup mengkhawatirkan. Meski kondisi ini tidak dapat dipukul rata untuk semua daerah, tapi karakter orang Indonesia dalam menangani suatu hal, bahkan dalam pergaulan pun kerap membuat bangsa lain tepok jidat. Kebiasaan buruk yang sering dibudayakan oleh orang Indonesia dalam lingkungan pergaulan mungkin tak berdampak signifikan terhadap pandangan sesama orang Indonesia. Namun, menjadi merepotkan ketika ia dikirim ke luar negeri atau negara maju seperti Eropa, Jepang, Korea, atau Amerika Serikat, bahkan Australia.

Meski terlihat dan terdengar sepele, kebiasaan orang Indonesia, terutama yang bernuansa negatif ini rupanya menandakan sebagian besar dari kita begitu minim profesionalitas. Apa saja? Berikut ulasannya.

Sesuka Hati Membatalkan Janji

Di negara-negara maju seperti Eropa dan Jepang, orang tidak bisa sembarangan membuat dan membatalkan janji, Mereka cukup menghargai waktu karena tuntutan profesionalitas kerja dan kondisi sosial yang cukup kompetitif. Setiap seseorang membuat janji dengan orang lain, ia pasti akan mengatur waktunya agar tidak menganggu ritme kerja atau kegiatan lainnya. Bukannya sok sibuk, tapi mereka memang membuat kehidupannya menjadi lebih produktif.

Beda halnya dengan rata-rata orang Indonesia yang sesuka hati membatalkan janji. Bukan hanya hobi membatalkan janji, rata-rata mereka juga suka membuat-buat alasan saat ingin membatalkan janji. Kebiasaan buruk ini tentu menjadi tanda bahwa kebanyakan orang Indonesia masih minim profesionalitas. Semestinya menepati janji dan komitmen yang dibuat lebih dulu menjadi prioritas utama. Bukannya seenaknya membatalkan janji dan mengira orang lain tidak ada kegiatan lain selain bertemu dengannya.

Jadi, mulai sekarang, agar kualitas diri semakin berkembang, hindari membatalkan janji sesuka hati. Kamu mungkin masih merasa tenang apabila melakukannya pada orang terdekatmu dan yang bisa memaklumimu. Tapi kamu akan sadar apabila orang lain yang melakukannya padamu. Jelas, saat janji dibatalkan, nyaris tidak ada banyak pihak yang diuntungkan.

Sering Menyepelekan Banyak Hal

Rata-rata orang Indonesia pasti pernah menyepelekan suatu hal, padahal bisa jadi hal itu sangat berarti dan berimbas besar terhadap kehidupan mereka. Berbeda halnya dengan penduduk negara maju yang begitu apresiatif terhadap detail atau hal-hal sekecil apapun, orang Indonesia malah justru menganggap hal di luar minat mereka adalah sesuatu yang tidak penting.

Kamu bisa melihat bagaimana orang Indonesia menyepelekan beragam aspek dalam kehidupannya, mulai dari hobi membuang sampah sembarangan, hingga sering terlambat mengerjakan sesuatu karena merasa itu bisa dikerjakan dalam waktu semalam. Maka jangan heran bila negara kita terlambat dalam berbagai aspek. Dan parahnya, kesalahan yang dilakukan diri sendiri pun dilimpahkan kepada orang lain, termasuk pemerintah yang telah mencanangkan banyak program untuk membuat orang Indonesia bisa lebih bergerak maju.

Hampir Bisa Dipastikan, Kebanyakan Orang Indonesia Tidak Suka Melihat Orang Lain Sukses

Sebenarnya hal ini bisa juga dilakukan oleh bangsa lain, tapi memang orang Indonesia nyaris melakukannya setiap hari. Parahnya, kebanyakan justru tak sekadar iri terhadap capaian orang lain, tapi juga mengajak orang-orang di sekitarnya untuk ikut-ikutan iri. Miris memang. Padahal semakin banyak prestasi yang ditorehkan oleh rakyat Indonesia, tentu akan memberi manfaat yang besar bagi kehidupan bangsa dan negara.

Karakter ini juga mengindikasikan bahwa masih banyak orang Indonesia yang minim profesionalitas, serta tidak siap dengan persaingan dunia global. Padahal, di era saat ini, persaingan tidak hanya terjadi di kalangan sesama rakyat Indonesia, tapi juga bangsa lain. Kalau masih terus menerus bersikap seperti ini, lantas kapan negara kita akan maju? Menurutmu, apa saja kebiasaan orang Indonesia lainnya yang menunjukkan bahwa mereka masih minim profesionalitas?

Quote: