Amran Sulaiman paham banget bahwa petani adalah sentralnya kemajuan pertanian Indonesia. Makanya perlu perhatian serius. Nggak boleh petani, dalam prinsip Amran Sulaiman, diabaikan.
Terbukti, berdasarkan hitungan menggunakan data BPS, nilai tukar petani (NTP) era Amran Sulaiman atau sejak 2015-2019 meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Kenaikannya secara rata-rata berdasarkan data BPS jika menggunakan acuan tahun 2007 sebagai dasar perhitungan, maka NTP petani selama 4 tahun terakhir menanjak 5,1% dibandingkan periode 2010-2014.
Nggak dapat dipungkiri, kenaikan NTP jadi tolak ukur kesejahteraan petani. Soalnya daya beli petani membaik, harga konsumsi kebutuhan rumah tangga stabil dan pendapatan optimal.
Soal itu, Amran Sulaiman jadi "pupuk". Memberi manfaat buat "tumbuhnya" kesejahteraan petani. Hasilnya memuaskan.
Pribadi Amran Sulaiman sebagai "pupuk" terus disebarkan. Fokusnya tetap petani. Produksi pertanian harus optimal. Caranya: perlu dukungan modernisasi pengelolaan pertanian.
Alat pertanian pun di reformasi oleh Amran Sulaiman. "Pupuk" kembali ditabur. Amran Sulaiman bersama jajarannya giat memberikan bantuan alat mesin pertanian.
Dari situ diharapkan produksi pertanian maksimal capaiannya. Dan terbukti, beberapa komoditas strategis pangan berhasil surplus. Sebut saja jagung dan beras.
Bahkan, ada komoditas pangan yang bisa untuk ekspor. Kol, manggis, olahan kelapa sawit, bunga melati dan lainnya dari subsektor hortikultura. Amran Sulaiman mampu dan berhasil mengajak daerah kerja nyata bersama merealisasikan produksi pertanian yang unggul.
Sebagai telaah, dari ekspor pertanian memberikan kontribusi positif buat ekonomi bangsa. BPS mencatat, ekspor pertanian tembus surplus USD 10 miliar dalam neraca perdagangan. Sebanyak 29% kenaikan ekspor pertanian sejak 2014-2018.
Amran Sulaiman terus bekerja nyata. Stabilisasi harga pangan dan ketersediaan juga penting. Produksi pertanian bagus, petani untung, konsumen senang.
Imbasnya: inflasi pangan terus rendah. Data BPS terbaru (Januari-Februari), bahan pangan memberi andil positif terhadap inflasi hanya 0.24%. Bahkan tahun 2017, inflasi pangan adalah yang terendah dalam sejarah hanya 1,26% (yoy).
Amran Sulaiman nggak mau soal komoditas pertanian dan pangan bikin gaduh. Dia bekerja nyata memastikan stok aman dan harga terkendali. Yang nggak boleh luput satu hal, Amran Sulaiman juga berubah jadi "traktor".
Menekan disparitas harga, memutus mata rantai distribusi pangan yang rumit, menggilas para mafia pangan. "Traktor" Amran Sulaiman terus bekerja. Jangan sampai masalah memuncak. Terasa, hingga kini kondisi harga dan ketersediaan pangan di pasaran masih aman serta stabil.
Dan akhirnya, Amran Sulaiman mengenal dirinya harus sebagai apa untuk kemaslahatan pertanian Indonesia.**