Dilan 1991: sudah putus, tapi masih cinta

Dilan 1991: sudah putus, tapi masih cinta
Pemeran Milea pada film Dilan 1991, Vanesha Pricillia (kedua kiri), pemeran Beni, Brandon Salim (kiri), pemeran Nandan, Debo Andryos (kedua kanan) dan GM Sales Telkomsel wilayah Sumbagsel Gatot P Utomo (kanan) berpose usai menyapa penggemar pada Meet and Greet cast film Dilan 1991 di Atrium Palembang Indah Mall, Palembang, Sumsel, Senin (4/3/2019). | Feny Selly/wsj. /ANTARA FOTO

Pernah membayangkan diputusin pacar saat lagi sayang-sayangnya? Itulah yang dialami Dilan (Iqbaal Ramadan) dalam film Dilan 1991 (2019) besutan sineas Fajar Bustomi yang diangkat dari novel Pidi Baiq, Dilan 1991, Dia adalah Dilanku.


Berbeda dengan Dilan 1990(2018) yang penuh rayuan, di film berdurasi 2 jam 1 menit ini cinta jajaka Bandung dan mojang Minang-Sunda ini banyak diuji: konflik demi konflik datang tanpa henti.

Dilan yang bandel tak mau menuruti permintaan Milea (Vanesha Priscilla) menjadi musabab utama kandasnya cinta duo remaja. Haru biru dan tangis air mata menjadi bumbu film drama romantis ini.

Tapi, putusnya mereka tidak terjadi begitu saja. Tentu penuh drama, apalagi keduanya sebenarnya masih saling sayang.

Ingat saat Dilan berkali-kali menyebut ingin melamar Milea? Ibunda dan ayahnya Dilan bahkan meminta Milea untuk memanggilnya calon mertua.

Ibarat luka yang terkena perasan jeruk nipis, begitulah gambaran pisahnya Dilan dan Milea.

"Cita citamu apa sih?" tanya Dilan saat memboncengkan Milea suatu hari.

"Pilot. Kamu?" jawab Milea.

"Menikah sama kamu. Mau?"

Milea tersipu. Sontak, ia menjawab dengan lantang: "Mau..!"

Begitulah cuplikan adegan yang membuat penonton satu bioskop bersiul-siul dan berseru. Dilan memang si raja gombal. Berkali-kali rayuan dilayangkan untuk kekasih hatinya, dalam bentuk puisi atau dilontarkan langsung.

Ujaran rayuan Dilan di film kedua ini memakan waktu total 6 menit 48 detik, lebih singkat dari rayuan di film pertama yang sebanyak 7 menit 38 detik. Rayuannya mulai dari ramalan, pujian, ajakan keluar, ungkapan perasaan, dan ungkapan perhatian lainnya.

Di film pertama, kalimat rayuan yang menyihir warganet misalnya seperti: "Jangan rindu, berat. Kamu nggakakan kuat, biar aku saja." Sementara di film kedua, pernyataan "Cium, jangan?" sukses membuat geli penikmat sekuel ini.

Kata yang paling sering muncul dari ucapan Milea saat rayuan di film kedua ini adalah rindu (16 kali), sayang (5 kali), pacar (5 kali), cinta (5 kali), dan senang (4 kali). Tak jauh beda, Dilan juga sering mengucapkan cinta (4 kali), pacar (2 kali), dan rindu (2 kali).

Dibanding yang pertama, film Dilan 1991 lebih banyak bikin naik turun emosi. Konflik justru mendominasi hubungan mereka: 28 menit 9 detik atau seperempat dari durasi film.


Dilan 1991: sudah putus, tapi masih cinta

Badai konflik

Intensitas ketegangan konflik Dilan dan Milea naik turun, sempat ada di sepertiga pertama film, sedikit meredam di pertengahan, kemudian memanas di akhir.


Kata Loren Leedari Departemen Psikologi, Universitas Harvard (1984), ada sekuens konflik yang mesti dilalui pasangan saat putus. Temuan itu didapat Lee saat meneliti 56 pasangan remaja remaja di kampus di California Selatan, Amerika.

Sekuens itu mulai dari konflik batin (discovery of dissatisfaction), ungkapan masalah kepada pasangan (exposure), negosiasi (negotiation), putus (resolution), hingga kemudian ada perubahan perilaku (transformation).

Milea mulai menyadari ketidaksukaannya dengan Dilan menjadi panglima geng motor di Bandung yang cenderung bawa banyak masalah karena suka berantem. Tapi, konflik batin Milea ini luluh dengan rayuan yang datang bertubi-tubi dari Dilan di menit-menit awal film. Milea yang hendak mengungkapkan masalah itu pun gagal.


Dilan 1991: sudah putus, tapi masih cinta

Namun, pada pertengahan menit ke-38, kesabaran Milea tak terbendung. Pemantiknya, saat Dilan akan balas dendam karena dipukuli kakak Anhar, teman SMA mereka.

Di film pertama, Anhar sempat menampar Milea dan Dilan tak terima, maka Dilan balik menyerang Anhar. Pertarungan berlanjut di kemudian hari saat sang kakak Anhar ingin membalaskan dendam adiknya kepada Dilan.

"Kamu mau bales dendam ke kakaknya Anhar kan? Pokoknyakalau kamu nyerang, aku gak mau ketemu kamu lagi. Jangan nyerang, atau kita putus!" begitulah teriakan Milea di depan minimarket Trina di Bandung, kepada Dilan.

Tentu, Milea tak mau benar-benar putus. Milea masih rapuh dan tak bisa menenangkan emosinya.

Saat Milea emosi dan berkonflik dengan Dilan, kata-kata yang paling sering muncul adalah geng motor (10 kali), takut (9 kali), gaksuka (11 suka), berantem (5 kali), dan gangster (4 kali). Bisa disimpulkan, keterlibatan Dilan di geng motor membuat Milea kebakaran jenggot.

Sementara Dilan, saat berkonflik kerap muncul kata balas dendam, putus, dan takut yang diucapkan masing-masing dua kali.

Mereka sempat bernegosiasi. Negosiasi adalah proses saat keduanya mencari jalan keluar dari konflik yang dihadapi.

Negosiasi tak melulu saat keduanya duduk manis dan berbicara terbuka. Negosiasi bisa dalam beragam bentuk dan dilakukan dengan keluarga atau kerabat. Misal, saat Milea meminta bantuan Ibunda Dilan untuk menenangkan dirinya dan berbicara kepada Dilan.

Dari seluruh tahapan konflik, proses ini justru sebenarnya paling banyak dilakukan dari seluruh tahapan konflik, baik oleh Dilan maupun Milea, selama 15 menit 29 detik.

Usai penyerangan kepada kakak Anhar, Dilan sempat ditahan di kantor polisi. Momen itu menjadikan Milea kasihan kepada Dilan dan luluh. Saat menjenguk di kantor polisi, keduanya berbicara terbuka soal perasaan sayangnya. Mereka pun tak jadi putus.


Dilan 1991: sudah putus, tapi masih cinta

Gagal balikan

Rupanya, ketegangan reda untuk sementara saja. Beberapa waktu kemudian, Dilan yang bandel masih saja ikut tawuran geng motor. Kali ini bahkan bawa pistol ayahnya yang tentara. Milea pun jadi naik pitam dibuatnya. Tak ada proses negosiasi seperti sebelumnya di momen ini.

Milea datang ke rumah kepala cabang geng motor bernama Burhan, tempat Dilan mengungsi karena diusir ibunya. Tanpa babibu, tamparan keras mendarat di pipi Dilan. "Kita putus!" ujar Milea. "Kenapa?" Dilan terkaget-kaget. "Pikir sendiri!"

Rupanya negosiasi buntu. Dilan sudah diingatkan untuk tak lagi bergabung dengan geng motor tapi tetap ngotot. Apalagi setelah sahabat mereka, Akew, yang juga ikut tawuran geng motor meninggal dunia. Milea takut Dilan mengalami hal yang sama.

Milea yang rapuh dan keras kepalanya Dilan tak bertemu di satu titik bernama balikan. Milea, setelah peristiwa tampar, tentu menangis menderu-deru. Bahkan, minta mediasi dengan ibunda Dilan di Dago Tea House, Bandung.

"Lia sayang Dilan," ujarnya di pelukan bunda Dilan dan di depan Dilan.

Dilan tak gentar dan gengsi. "Aku sudah putus sama Lia," ucapnya kepada sang ibu, singkat. Dilan tak mau memperpanjang obrolan dengan kedua orang yang disayanginya itu. Ia segera beranjak.

Usai mediasi yang gagal, keduanya benar-benar berpisah. Putus kontak. Meski, sebenarnya diam-diam Milea masih sayang Dilan. Begitu juga Dilan.

Milea menulis di catatan hariannya: Dilan, pernyataan aku mencintaimu adalah pernyataan yang berlaku tidak hanya di hari itu, tapi juga hari ini dan selamanya. Terima kasih, Dilan. Aku rindu kamu. Dan itu akan selalu.