Mengapa Memaafkan?

Why Forgive?


Mengapa Memaafkan?

Maaf, satu kata yang sangat sulit terucap. Sering kali kita ter-butakan oleh harga diri maupun ego terutama jika kita memiliki jabatan atau pangkat sosial yang lebih tinggi. Terkadang pun kita lupa akan tempat kita sendiri, sampai tidak menyadari kesalahan yang kita perbuat sehingga kata maaf pun tak pernah terucap.

Banyak sekali manfaat dari memaafkan, secara psikologis maupun ilmiah. Salah satu manfaat terpenting adalah bagi kesehatan mental kita sendiri. Akan tetapi apakah kita harus selalu meminta maaf ataupun menerima permintaan maaf? Tentunya kita harus memiliki alasan saat memberi ataupun menerima kata maaf. Jika tidak, hal ini dapat berdampak buruk bagi si pemberi maupun penerima.

Memaafkan adalah proses merendahkan diri dengan menyadari kesalahan yang telah kita perbuat, baik sengaja maupun tidak disengaja dengan harapan permintaan maaf tersebut dapat diterima dan kita pun belajar dari kesalahan yang telah kita perbuat. Tetapi jika kita terus menerus meminta maaf tanpa kesalahan yang kita perbuat dengan harapan agar permasalahan tersebut selesai menandakan ada yang salah dari tujuan awal meminta maaf.

Tanpa disadari pun harga diri kita yang secara tidak langsung terus kita rendahkan akan diinjak-injak oleh orang tersebut. Memang sanggatlah mudah untuk mengucapkan kata maaf secara gamblang untuk meredakan konflik yang terjadi, tetapi itu hanya akan bersifat sementara, malah akan menumpuk secara berkelanjutan. Apalagi kepada orang-orang tercinta yang kita tidak ingin mereka pergi dari kehidupan kita, pasti akan sangat mudah.

Hasilnya, mereka yang selalu menerima maaf menjadi buta akan kesalahan mereka sendiri karena sudah terlalu sering menganggap dirinya benar. Sehingga ketika saatnya tiba, saat kehidupan menuntut maaf dari orang tersebut, akan sangat sulit bagi mereka untuk menerima kenyataan kehidupan. Ada dua kemungkinan, antara kejadian itu bisa menjadi titik balik bagi mereka, ataupun menjadi jurang terdalam yang mereka gali sendiri, yang mana dapat berujung ke masalah psikologis.

Begitu pula dengan menerima permintaan maaf. Sekali lagi, sanggatlah mudah bagi kita untuk hanya memaafkan lewat kata, tetapi tidak lewat hati. Menerima permintaan maaf secara tidak utuh tidak lebih baik dari tidak memaafkan. Maka dari itu akan lebih baik jika kita jujur dengan diri kita sendiri, jika belum bisa memaafkan, janganlah memberi maaf, sampaikan dengan sopan dan rendah hati, jangan dengan emosi dan setengah hati.

Memaafkan adalah proses, proses yang tak kunjung selesai, yang akan selalu kita tempa dalam kehidupan kita. Dengan berjalannya waktu pun kita bisa belajar untuk memaafkan dengan tulus, dengan menerapkan prinsip 'legowo' ke dalam kehidupan kita, sehingga ketika saatnya tiba, kita akan lebih siap memaafkan orang tersebut secara jasmani maupun rohani.

Akhir kata semoga kata maaf dapat dengan tulus terucap oleh para pembaca yang budiman.


emoticon-Nyepi

Terinspirasi dari tulisan belakang baju teman kelas.


Mengapa Memaafkan?